MENGGAPAI UMROH MABRUR
DAN MAQBUL
Dua kata ini sama
artinya, yaitu diterima Allah Swt semua pahalanya ketika berhaji dan umrah.
Namun bagaimana menggapainya?
Dan ternyata ini
sulit, para ulama pun sedikit sekali memberi arti pada makna mabrur atau
maqbul. Karena sebenarnya seperti halnya puasa, kita tidak tahu bagaimana
bentuknya orang yang diterima pahala nya itu.
Namun Mabrur itu bisa
diselidiki lebih jauh dari kiat mengapainya.
Dengan demikian mabrur
maqbul itu bukan sekedar diterima pahala begitu saja tanpa apa perjuangan gigih
mengapainya.
Tentu saja orang yang
tidak mempersiapkan sebaik-baiknya sebelum berhaji atau umrah dengan tiba-tiba
menganggap dirinya sudah mabrur. Meskipun sah saja menganggap demikian.
Keinginan mabrur
seseorang ditentukan beberapa faktor. Yaitu sebelum berangkat, selama
menjalankan ibadah, dan terakhir paska kepulangan atau aktifitas harian di
Tanah air.
PERSIAPAN SEBELUM
BERANGKAT
Persiapan sebelum
berangkat sangat penting sekali, ini menyangkut kesalehan seseorang.
Ada beberapa kiat
memperoleh pahala mabrur sebelum berangkat yaitu:
o
Bertobat dari segala dosa dan maksiat, baik dosa kepada Allah
Swt, yaitu
pelanggaran dari segala larangan-Nya dan keengganan melaksanakan
perintah-Nya, maupun dosa kepada sesama manusia.
o
Meminta izin orang tua atau yang dituakannya.
o
Membayar semua hutang, mengembalikan segala harta yang diperoleh
dengan
cara zhalim (korupsi) dan aniaya (merampas hak orang lain).
o
Dana yang digunakan benar-benar halal dan bersih.
o
Menyiapkan nafkah yang cukup bagi keluarga yang ditinggalkan.
o
Banyak memberi sedekah kepada orang-orang dhuafa, fakir dan
miskin.
o
Carilah kawan seperjalanan yang saleh, yang baik, senang
menolong, sering
mengingatkan jika lupa, suka menegur jika ada kesalahan,
memotivasi kepada
keteguhan dan kesabaran.
o
Sebelum berangkat, berpamitan kepada teman, tetangga dan saudara
lainya
yang berdekatan. Meminta restu mereka, dan mendoakan untuk mereka.
Persiapan
Batin
o
Niat dan tujuan semata-mata karena Allah Swt, dan bukan untuk
mencari
kemasyhuran dan gelar.
o
Mempunyai bekal yang cukup, memperbanyak sedekah, infak dll.
o
Meninggalkan rafats (ucapan kotor; tidak berguna), fusûq
(maksiat, keluar dari
ketaatan kepada Allah Swt), dan jidâl (berbantahan,
bertengkar dll.)
o
Rendah hati, lemah-lembut, mengutamakan kebaikan, budi pekerti
yang baik.
Tidak menyakiti orang lain, husnu zhan (berbaik sangka), sabar dan
tabah dalam
menghadapi perbuatan yang tidak menyenangkan dan menyakitkan.
yang telah dikeluarkan untuk menyempurnakan ibadah haji maupun umrah.
o
Ikhlas dan sabar dalam menghadapi musibah atau kerugian yang
menimpa fisik
dan harta. Sebab segala musibah dan kerugian yang diterima secara
ikhlas,
termasuk kebaikan berpahala di sisi Allah


